Memaknai Ikan Goreng
Hari masih sangat pagi. Namun, aroma sedap sudah menggoda dari arah dapur. Menggugah langkah seorang anak untuk segera beranjak dari kamarnya dan menuju ke sana. Dengan mata yang masih setengah…
Hari masih sangat pagi. Namun, aroma sedap sudah menggoda dari arah dapur. Menggugah langkah seorang anak untuk segera beranjak dari kamarnya dan menuju ke sana. Dengan mata yang masih setengah…
Seekor burung kecil memandang sajadah negerinya Negerinya yang tampak berusia Di tengah rona gulita siluet maghrib senja Paruhnya gagap melantun kicau ejaan damai Sang negeri balik mayapada Jordan tak…
Jalanan masih basah. Baru saja awan yang menggantung di langit tua itu menumpahkan tetesan airnya. Setidaknya hal itu cukup membersihkan aroma polusi dari udara pagi ini. Walaupun tak lama lagi, semuanya akan kembali seperti biasanya. Ya seperti biasanya: polusi, panas, menyesakan seluruh rongga paru-paru. Aku kembali pada pekerjaan yang biasa. Memandangi rutinitas orang-orang itu. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Terlebih lagi di usiaku yang telah renta ini.
Hari ini, aku lihat serombongan orang berkumpul di bundaran sebuah kampus. Ku dengar, mereka akan menuju bundaran Hotel Indonesia untuk berkumpul bersama rombongan lainnya. Demonstrasi. Bukan, bukan. Mereka sebut itu ‘aksi’. Ah, entahlah! Apapun namanya, tampaknya mereka akan menyampaikan protes tentang peristiwa itu. Peristiwa yang katanya melibatkan seorang pejabat sebuah departemen pemerintah pada kasus korupsi. Bahkan ku rasa, bukan hanya ia yang terlibat dalam masalah tersebut. Tetapi, mereka juga. Orang-orang berkerah putih yang sembunyi di balik meja-meja cendana itu. Efek domino. Ya, sebenarnya aku tahu jelas siapa yang ada di balik kasus itu. Namun, aku tak mungkin menyampaikannya pada siapapun. Bukan tak mungkin, tapi tak bisa. (more…)