Cermin Manusia

Gadis itu langsung melempar tas ranselnya. Sejurus kemudian ia menghempaskan badannya ke dipan. Tangis pun mengalir di antara bantal yang didekapnya. Hari ini begitu panjang untuknya karena rupanya mendung tengah menyelubungi seisi hatinya. Sesak. Begitulah tampaknya.

Tiba-tiba seorang gadis lain yang kira-kira berusia lebih tua, perlahan masuk ke kamarnya. Ia dekati gadis yang tengah menangis itu sembari membelai kepalanya yang setengah tertutup oleh bantal.

“Apa kabar, adikku? Bagaimana harimu?” tanyanya sambil tersenyum.

“Buruk, Kak!”

“Benarkah? Kenapa memangnya, Sayang? Ayo sini, coba ceritakan pada kakakmu ini!” katanya menghibur. (more…)

Continue ReadingCermin Manusia