Ketika menyebut nama negara yang satu ini, secara otomatis yang terbayangkan dibenak saya terlebih dahulu adalah masyarakatnya yang unik dan sangat bersahabat. Negara yang memiliki populasi sekitar 23.268.087 ini memang terkenal dengan ciri khas masyarakatnya yang sangat ramah, namun selain itu negara ini juga terkenal dengan kulinernya yang bergam dan unik, serta tempat-tempat wisatanya yang khas dan cukup banyak jumlahnya, seperti yang banyak ditemui di kota Kaoshiung. Akan tetapi, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, memori yang akan selalu diingat dan yang paling berkesan bagi saya adalah keramahan dan sifat friendly masyarakat di negara tersebut.
Saya sangat menyukai bagaimana mereka menyambut pendatang seperti saya dan teman-teman saya di negara mereka. Karena sifat khas masyarakat Taiwan yang ramah, mereka sangat murah senyum terhadap orang lain, walaupun mereka tak mengenal orang tersebut. Begitupun dengan kami, walaupun baru pertama kalinya bertemu pada saat itu, cara mereka menyambut kami seperti sedang menyambut teman lamanya yang sudah lama berpisah dan baru saja bertemu lagi.
Walaupun gaya hidup masyarakat Taiwan sangat identik dengan budaya barat, dimana hampir semua anak muda di Taiwan identik dengan fashion ala Amerika, namun mereka masih tetap mencintai dan mempertahankan ciri khas dan sifat ramah mereka. Hal inilah yang membuat masyarakat Taiwan berbeda dengan kebanyakan masyarakat di negara-negara barat yang cenerung lebih cuek dan individual. Masyarakat Taiwan juga sangat mencintai negara dan semua produk dalam negerinya. Mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi dan menggunakan produk dalam negerinya walaupun harus membayar dengan harga lebih mahal dari produk impor. Oleh karena rasa cintanya terhadap Taiwan, mereka juga selalu berusaha membuat para pendatang merasa nyaman ketika berkunjung ke negaranya agar citra negaranya tetap baik dimata para pendatang.
Sifat khas lainnya yaitu selalu mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang membantunya, walaupun hanya sebuah pertolongan kecil. Seperti pengalaman saya ketika naik bus di Kaoshiung, teman-teman saya menjelaskan pada saya bahwa setiap kali hendak turun dari bus, kita harus mengucapkan terima kasih kepada supir bus tersebut, karena hal tersebut sudah merupakan kebiasaan masyarakat Taiwan. Masyarakat Taiwan juga adalah tipikal masyarakat yang suka mentaati peraturan di negaranya. Seperti mentaati peraturan lalu lintas, peraturan ketika hendak menyebrang jalan dan penggunaan eskalator di tempat-tempat umum. Mungkin dibeberapa negara lain seperti Indonesia, kita bisa sesuka hati menyebrang dan menggunakan eskalator umum. Namun, berbeda dengan di Taiwan, masyarakat disini memiliki kebiasaan untuk tidak sesuka hati menyebrang di jalanan. Oleh karena arus kendaraan yang cepat, mereka harus benar-benar memperhatikan lampu lalu lintas dan tanda penyebrangan agar bisa melintas di jalanan. Begitupun dengan eskalator yang mereka gunakan juga terbagi menjadi dua bagian. Setiap kali menggunakan eskalator umum, mereka selalu menggunakan lajur kanan dan dengan teratur berbaris di jalur tersebut. Sedangkan jalur kiri dikosongkan khusus bagi orang-orang yang ingin mendahului atau yang ingin bergegas. Menurut saya, hal-hal kecil seperti ini sangat unik, karena tidak saya temui di Indonesia.
Lingkungan yang teratur dan sudah maju ini sangat mempengaruhi sifat dan ciri khas masyarakat Taiwan. Sisi positifnya, masyarakat disini jadi lebih teratur, walaupun terkadang masih memiliki sedikit kekurangan lainnya. Namun, walaupun sudah menjadi negara maju dan sarat dengan budaya barat, sifat ramah mereka dan kecintaannya terhadap negara dan produknya sama sekali tidak berkurang. Mereka juga sangat baik dan selalu berusaha membuat para pendatang merasa nyaman, sama seperti teman-teman baru yang saya temui di Kaoshiung yang tak ragu untuk mengajak dan mentraktir saya untuk berwisata kuliner di Taiwan, dan secara antusias memperkenalkan keunikan-keunikan lainnya yang ada di Taiwan.
Oleh: Kathleen Mariyano