Akhwat, Oh…Akhwat…!
Obrolan satu Ikhwan : “Wah, akhwat sekarang hebat-hebat, ya!” Akhwat: “Ah, yang bener? Masa’ sih? Kok bisa bilang begitu?” Ikhwan : “Iya, buktinya sekarang sudah banyak akhwat tangguh di mana-mana.…
Obrolan satu Ikhwan : “Wah, akhwat sekarang hebat-hebat, ya!” Akhwat: “Ah, yang bener? Masa’ sih? Kok bisa bilang begitu?” Ikhwan : “Iya, buktinya sekarang sudah banyak akhwat tangguh di mana-mana.…
"..Dan seandainya wanita penduduk surga muncul di tengah penduduk bumi, niscaya cahayanya akan menerangi langit dan bumi, begitupun dengan aroma wanginya, dan sungguh kerudung yang ada di kepalanya lebih baik…
Bibir-bibir itu masih saja mengumpat. Tangannya pun tak kalah beringasnya, masih saja dengan parang, tombak, dan bilah-bilah sembilu yang siap meninggalkan beragam sayat dan luka. Tak hanya pada epidermis, akan tetapi jauh lebih dalam menusuk dan mengiris. Lambertus Wera, anak kepala dusun yang baru saja pulang nyantri itu ternyata harus menerima sambutan yang luar biasa tak terduga. Bukan dengan pesta semacam Ritual Bole Bundo atau Ore yang terselenggara. Melainkan sebuah sambutan yang tak sekedar mengucurkan keringat semata, tetapi turut mengiris diorama rasa seorang Wera. Ah, bukan Wera. Tetapi, Rahman Shaleh. Nama yang lebih apik dan bermakna. Sudah setahun kiranya nama itu disandangnya saat masih di pondok nyantrinya, di Tanah Jawa sana. (more…)